Kamis, 13 Maret 2008

Memilih ASERTIF bukan AGRESIF


Dalam menaiki jenjang karir salah satu yang dihadapi adalah bagaimana membangun sikap yang tegas, tetapi tidak ditafsirkan menyerang orang lain. Bisa berkata tidak, tanpa melukai siapapun.
Asertifitas ini bukan sekedar bicara, tapi lebih luas lagi:
Bagaimana tindakan kita sehari-hari dalam berhubungan dengan orang
di sekeliling kita? Bagaimana ciri-ciri perilaku asertif, yang
letaknya diantara submisif dan agresif itu? Inilah penjelasannya.

Orang yang mempunyai perilaku submisif berkecenderungan menerima dan
bahkan menyerah pada semua hal yang terjadi, sekalipun yang dihadapi
buruk adanya. Yang menonjol dari perilaku ini adalah tidak mampu
mengatakan "Tidak" pada kondisi dimana ia harus menyatakan "tidak".
Jelas perilaku seperti ini menimbulkan berbagai masalah baik bagi
dirinya sendiri maupun orang-orang lain yaitu: tidak dapat dijadikan
partner kerja yang baik dan sulit untuk berkembang. Orang dengan
perilaku seperti ini akan selalu menghadapi berbagai hambatan dan
selalu melakukan kesalahan-kesalahan yang dapat menjatuhkan
aktivitasnya.

Bagaimana mengenai perilaku agresif? Perilaku agresif mempunyai
pengertian yang bertolak belakang dari perilaku submisif. Perilaku
agresif cenderung untuk tidak melihat atau tidak mempertimbangkan
kepentingan orang lain. Apa pun yang menjadi keinginannya itulah
yang harus dilaksanakan. Dengan demikian, orang yang berperilaku
demikian akan menemui berbagai kesulitan pada waktu bekerja secara
tim. Kalaupun dipaksakan cenderung melakukan banyak kesalahan yang
pada akhirnya menghambat kariernya sendiri.

Dan inilah yang dimaksud dengan perilaku asertif. Perilaku asertif
dibandingkan dengan kedua perilaku di atas (submisif dan agresif)
berada di antara keduanya, yaitu perilaku yang dapat menyatakan "Ya"
dan "Tidak" sesuai pada kondisi yang terjadi.

Orang yang memiliki perilaku asertif ini cenderung dapat bekerja
sama dan dapat berkembang untuk mencapai tujuan yang lebih baik.
Pada perilaku ini tingkat sensitivitas yang dimiliki cukup tinggi
sehingga ia dapat membaca situasi yang terjadi di sekelilingnya,
yang memudahkannya untuk menempatkan diri dan melakukan aktivitasnya
secara strategis, terarah, dan terkendali mantap.

Ketiga perilaku dasar tersebut selalu berdampak langsung terhadap
perkembangan diri dan berbagai aktivitas yang dijalankannya. Di sini
terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku yang dimiliki
dengan tindakan yang dilakukan. Seperti halnya orang yang
berperilaku submisif cenderung tidak memfokuskan diri pada
perkembangan dirinya berdasarkan kemampuan yang dimiliki; mereka
akan mengikuti apa saja yang menjadi keinginan pimpinan, keinginan
keluarga, atau keinginan masyarakat. Apabila kita menyimak secara
mendalam penjabaran di atas, maka terlihat bahwa perilaku asertif
merupakan pilihan utama yang patut dikembangkan dalam upaya
memperlihatkan citra diri berkualitas.

Perilaku asertif berarti adanya sikap tegas yang dikembangkan dalam
berhubungan dengan banyak orang dalam berbagai aktivitas kehidupan.
Dalam artian, ia dapat mengambil keputusan atau melakukan tindakan
tertentu berdasarkan hasil pemikiran sendiri, tanpa sikap emosional,
meledak-ledak, atau berperilaku buruk lainnya. Ia menegakkan
kemandiriannya tanpa bermaksud menyakiti hati orang lain. Ketegasan
penuh kelembutan, ketegasan tanpa arogansi, itulah ciri asertif.

Lebih jauh lagi perilaku asertif membuat seseorang merasa
bertanggung jawab dan konsekuen untuk melaksanakan keputusannya
sendiri. Dalam hal ini, ia bebas untuk mengemukakan berbagai
keinginan, pendapat, gagasan, dan perasaan secara terbuka sambil
tetap memperhatikan juga pendapat orang lain. Citra dirinya akan
terlihat sebagai sosok yang berpendirian dan tidak terjebak pada
eksploitasi yang merugikan dirinya sendiri. Dengan demikian, akan
timbul rasa hormat dan penghargaan orang lain yang berpengaruh besar
terhadap pemantapan eksistensi dirinya di tengah-tengah khalayak
luas.

Membangun Perilaku Asssertive

Kehadiran seorang teman memiliki arti tersendiri bagi kita semua.
Berhubungan dengan orang lain dengan beranggapan bahwa mereka adalah
teman sampai pada batas-batas tertentu, dapat membantu kita untuk
selalu bersikap ramah, terbuka, dan memperhatikan kehadiran mereka.
Kesemuanya dapat kita manfaatkan secara positif dalam rangka
mengembangkan perilaku asertif dalam aktivitas sehari-hari, karena
dengan menerima kehadiran orang lain terlebih dahulu kita pun dapat
membuat mereka memahami keberadaan kita.

Dalam membangun assertivitas terdapat beberapa pendekatan yang dapat
ditempuh. Salah satunya adalah Formula 3 A, yang terangkai dari tiga kata yaitu Appreciation, Acceptance, Accommodating:
  • Appreciation berarti menunjukkan penghargaan terhadap kehadiran orang lain, dan tetap memberikan perhatian sampai pada batas-batas tertentu atas apa yang terjadi pada diri mereka. Mereka pun, seperti kita, tetap membutuhkan perhatian orang lain. Dengan demikian, agar mereka mau memperhatikan, memahami, dan menghargai diri kita, maka sebaiknya kita mulai dengan terlebih dahulu menunjukkan perhatian,pemahaman, dan penghargaan kepada mereka.
  • Acceptance adalah perasaan mau menerima, memberikan arti sangat positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang, yaitu menjadi pribadi yang terbuka dan dapat menerima orang lain sebagaimana keberadaan diri mereka masing-masing. Dalam hal ini, kita tidak memiliki tuntutan berlebihan terhadap perubahan sikap atau perilaku orang lain (kecuali yang negatif) agar ia mau berhubungan dengan mereka. Tidak memilih-milih orang dalam berhubungan dengan tidak membatasi diri hanya pada keselarasan tingkat pendidikan, status sosial, suku, agama, keturunan, dan latar belakang lainnya.
  • Terakhir adalah accomodating. Menunjukkan sikap ramah kepada semua tanpa terkecuali, merupakan perilaku yang sangat positif. Keramahan senantiasa memberikan kesan positif dan menyenangkan kepada semua orang yang kita jumpai. Keramahan membuat hati kita senantiasa terbuka, yang dapat mengarahkan kita untuk bersikap akomodatif terhadap situasi dan kondisi yang kita hadapi, tanpa meninggalkan kepribadian kita sendiri. Dalam artian, kita dapat memperlihatkan toleransi dengan penuh rasa hormat, namun bukan berarti kita jadi ikut lebur dalam pandangan orang lain, apalagi dengan hal-hal yang bertentangan dengan diri kita. Hal ini penting sekali untuk diperhatikan agar kita mampu menempatkan diri secara benar di tengah khalayak luas, sekaligus membina saling pengertian dengan banyak orang.

Formula 3 A merupakan pedoman untuk memperlihatkan asertivitas
berdasarkan empati dalam rangka membina hubungan baik dengan banyak
orang, dengan asumsi bahwa orang lain pun mempunyai hak dan
kesempatan yang sama seperti kita. Oleh karena itu, kita dapat
mengemukakan hak pribadi, namun janganlah kita melupakan untuk
memperhatikan hak orang lain pula.

Asertivitas harus didukung oleh kemampuan untuk berargumentasi
secara logis dan konstruktif, yaitu bahwa ia mampu untuk menjalankan
pilihannya secara konsekuen dan bertanggung jawab. Bagi kita yang
merasa perlu untuk tampil secara asertif diharapkan dapat
mengevaluasi diri dengan memperhatikan elemen-elemen yang bermanfaat
untuk peningkatan asertivitas dengan berpatokan pada formula 3 A.

Sosok pribadi yang mampu mengembangkan perilaku asertif ini secara
memadai, tentu akan terhindar dari berbagai permasalahan yang acap
kali menghadang gerak maju dalam pencapaian performansi prima.